5 HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN FOOD PHOTOGRAPHER VERSI CAPTAIN RUBY
Hello Eco Friend! Apa kabar kalian semua? Semoga kalian sehat selalu dan terhindar dari pandemic yang sedang kita hadapi ini. Nah ngomong-ngomong soal pandemi nih, banyak hal-hal yang tal terduga, seperti terjadinya lonjakan startup. Startup kuliner merupakan salah satu startup yang paling diminati pada saat ini.
Di era digital ini, startup kuliner tentunya tidak lepas dari yang namanya sosial media, yang tentunya memerlukan foto yang dapat menggugah selera untuk menarik minat pelanggan atau biasa disebut dengan Food Fotografi. Sebuah genre fotografi yang dimaksudkan untuk menangkap foto makanan/minuman semenarik mungkin untuk membuat orang tertarik untuk membeli.
Dalam food fotografi terdapat hal-hal penting yang perlu diperhatikan. Seorang fotografer asal Indonesia yang bernama Fellexandro Ruby telah mengemukakan 5 hal yang perlu diperhatikan dalam memotret makanan melalui wawancara yang dilakukan oleh Crafters. 5 hal tersebut antara lain :
1. Lighting
“Seperti arti namanya, fotografi adalah seni melukis dengan cahaya. Painting with light. Jadi, kalau enggak ada cahayanya, cahayanya gak bagus atau cahayanya enggak proper—forget about it. Nah, jadi, gimana caranya untuk mendapatkan cahaya yang baik untuk food photography?
Untuk saya, paling aman adalah mengambil cahaya natural yaitu cahaya matahari yang sudah ter-filter oleh jendela. Jadi, bukan cahaya matahari langsung yang cahayanya keras dan bayangannya tebal. Tapi, cari cahaya matahari yang tidak langsung dan soft. Itu yang pertama,”
2. Arah Cahaya
“Kedua, setelah tahu sumber cahayanya, sekarang kita perhatikan arah cahayanya. Arah cahaya yang baik, ya kalau untuk makanan adalah cahaya dari samping atau dari belakang. Kalau saya bilangnya ‘KKB’ (Kiri, Kanan, Belakang). Baru kita perhatikan tiga hal lainnya,”
3. Warna
“Warna artinya? Pastikan kalau makanan yang kita foto punya kombinasi warna yang menarik, yang engaging, yang bikin ngiler—kalau belum, coba tambahkan. Kita bisa mengakalinya dengan apa? Bisa dengan menambahkan ingredients baru, garnish, atau bisa juga dengan tambahan mood atau ambience yang bisa dibentuk lewat props saat pemotretan,”
4. Tekstur
“Tekstur. Jadi, sering sekali kita tidak memperhatikan tekstur. Jadi, segala sesuatu yang kelihatan—yang makanannya “kriuk” harus kelihatan tekstur kriuk-nya. Yang bergelombang, yang kenyal harus kelihatan teksturnya juga. Caranya, posisi cahaya kita coba mainkan, digeser dan objek makanannya bisa digeser agar bisa menangkap tekstur makanan tersebut,”
5. Volume
“Volume artinya: tebal tipisnya, besar kecilnya sebuah makanan, itu akan mempengaruhi pengalaman orang untuk makan dan decision making yang mereka buat.
Kalau kita memotret makanan yang sebenarnya porsinya besar, tapi kita taruh dalam piring yang jauh lebih besar, ketika difoto, karena kita mau memasukkan semuanya dalam frame, nanti makanannya jadi kelihatan kecil.
Yang tadinya orang merasa worth it untuk bayar segitu untuk dapat makanan yang besar, mereka bisa jadi merasa porsinya kecil. Nah, sebaliknya juga begitu. Jadi, penting untuk kita di dalam foto itu memberikan objek pembanding. Misal, dengan menambahkan gelas, tangan, ambience lain yang bisa memberikan orang soal referensi ukuran—referensi tebal-tipis dan besar-kecilnya.
Nah, kalau semua itu tercapai, hopefully, makanan yang kita potret akan tampil menggugah. Makanannya akan membuat orang tergerak untuk make decision untuk membeli. Foto yang baik biasanya mempercepat proses pengambilan keputusan seseorang untuk mau coba atau enggak dan mau beli atau enggak.”
Komentar
Posting Komentar